A. Nikotin
Menurut Jeanne Mandagi, (1996 :152) nikotin dalam jumlah kecil memiliki imbas menenangkan, tetapi kadang – kadang sanggup meradang.
Ditambahkan pula oleh Sue Armstrong (1991 : 7) bahwa nikotin merupakan materi kimia yang tidak berwarna dan merupakan salah satu racun paling keras yang kita kenal.
Ditambahkan pula oleh Sue Armstrong (1991 : 7) bahwa nikotin merupakan materi kimia yang tidak berwarna dan merupakan salah satu racun paling keras yang kita kenal.
Kedua pendapat ini memperlihatkan klarifikasi perihal dampak nikotin pada badan dan karakterisiknya.
Hal ini tentunya tergantung pada jumlah dan keadaan fisiologis serta psikologis orangnya.
Dalam jumlah besar, nikotin sangat berbahaya, yaitu antara 20 mg hingga 50 mg nikotin sanggup mengakibatkan terhentinya pernapasan.
Hal ini tentunya tergantung pada jumlah dan keadaan fisiologis serta psikologis orangnya.
Dalam jumlah besar, nikotin sangat berbahaya, yaitu antara 20 mg hingga 50 mg nikotin sanggup mengakibatkan terhentinya pernapasan.
Meghisap satu batang rokok berarti telah menghisap 2 – 3 mg nikotin. Jika asapnya tidak dihisap, nikotin yang terhisap hanya 1 – 1,5 mg saja.
Bagi orang – orang yang bukan perokok atau yang tidak biasa merokok, dengan menghisap 1 – 2 mg nikotin saja sudah mengakibatkan mereka pusing, sakit kepala, mual dan muntah. Mereka berkeringat dan terasa sakit di tempat lambung.
Bagi orang – orang yang bukan perokok atau yang tidak biasa merokok, dengan menghisap 1 – 2 mg nikotin saja sudah mengakibatkan mereka pusing, sakit kepala, mual dan muntah. Mereka berkeringat dan terasa sakit di tempat lambung.
Nikotin menaikkan tekanan darah dan mempercepat denyut jantung hingga pekerjaan jantung menjadi lebih berat.
Selanjutnya, nikotin juga mengakibatkan ketagihan. (Jeanne Mandagi, 1996 :152). Seperti yang kita ketahui bahwa nikotin memiliki imbas menenangkan.
Selanjutnya, nikotin juga mengakibatkan ketagihan. (Jeanne Mandagi, 1996 :152). Seperti yang kita ketahui bahwa nikotin memiliki imbas menenangkan.
Pendapat lain menambahkan, nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan tanggapan meningkatnya kebutuhan oksigen miokard.
Bahan ini, selain meningkatkan kebutuhan oksigen, juga mengganggu suplai oksigen ke otot jantung (miokard) sehingga merugikan kerja miokard.
Bahan ini, selain meningkatkan kebutuhan oksigen, juga mengganggu suplai oksigen ke otot jantung (miokard) sehingga merugikan kerja miokard.
Selain mengakibatkan ketagihan merokok, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta mengakibatkan gangguan irama jantung.
Oleh sebab itu, semakin banyak rokok dihisap, semakin mahir jantung dipacu. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak penggalan badan lainnya.
Nikotin mengaktifkan trombosit dengan tanggapan timbulnya adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh darah.
Nikotin mengaktifkan trombosit dengan tanggapan timbulnya adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh darah.
Baca Juga : 10 Hal Penyebab Kerusakan Rambut Anda
B. Karbon Monoksida
Karbon monoksida merupakan gas beracun yang tidak berbau sama sekali. Gas ini sanggup kita jumpai pada asap yang dikeluarkan mobil.
Karbon monoksida yang terkandung dalam rokok sanggup mengikat dirinya pada HB darah dengan tanggapan oksigen tersingkir dan tidak sanggup dipakai oleh badan ( padahal yang diharapkan badan yakni oksigen).
Karbon monoksida yang terkandung dalam rokok sanggup mengikat dirinya pada HB darah dengan tanggapan oksigen tersingkir dan tidak sanggup dipakai oleh badan ( padahal yang diharapkan badan yakni oksigen).
Tanpa oksigen ini, baik otak maupun organ badan yang lain tidak sanggup berfungsi. Seperti halnya mesin yang perlu udara untuk memperabukan bensin semoga mesin tersebut bergerak, maka badan kita perlu oksigen untuk memperabukan makanan yang disimpan dalam jaringan badan untuk memperlihatkan energi.
Selanjutnya, imbas dari karbon monoksida yakni bahwa jaringan pembuluh darah akan menyempit dan mengeras sehingga akhirnya sanggup mengakibatkan peyumbatan.
Selanjutnya, imbas dari karbon monoksida yakni bahwa jaringan pembuluh darah akan menyempit dan mengeras sehingga akhirnya sanggup mengakibatkan peyumbatan.
“Satu batang rokok yang dibakar mengandung 3 – 6 % karbon monoksida dan dalam darah kadarnya mencapai 5%.
Pada orang yang bukan perokok, kadarnya yakni 1%. Perokok dengan kadar karbon monoksida 5% ke atas menerima serangan 3 kali lipat dibanding dengan bukan perokok.
Pada orang yang bukan perokok, kadarnya yakni 1%. Perokok dengan kadar karbon monoksida 5% ke atas menerima serangan 3 kali lipat dibanding dengan bukan perokok.
Gabungan karbon monoksida dengan nikotin akan mempermudah para perokok menderita penyakit penyempitan dan penutupan pembuluh darah dengan tanggapan – akibatnya”. (Jeanne Mandagi, 1996 :152).
Seandainya saja para perokok mengetahui hal ini, tentunya mereka tidak akan memperlihatkan kesempatan pada sebuah penyakit untuk sanggup memasuki tubuhnya.
Seandainya saja para perokok mengetahui hal ini, tentunya mereka tidak akan memperlihatkan kesempatan pada sebuah penyakit untuk sanggup memasuki tubuhnya.
C. Tar
Lebih dari 2000 zat kimia baik berupa gas, maupun partikel padat terkandung dalam asap rokok.
Diantara zat – zat tersebut ada yang memiliki imbas karsinogen. Tar yakni komponen dalam asap rokok yang tinggal sebagai sisa setelah dihilangkan nikotin dan tetesan – tetesan cairannya. Sebatang rokok menghasilkan 10 – 30 mg tar.
Diantara zat – zat tersebut ada yang memiliki imbas karsinogen. Tar yakni komponen dalam asap rokok yang tinggal sebagai sisa setelah dihilangkan nikotin dan tetesan – tetesan cairannya. Sebatang rokok menghasilkan 10 – 30 mg tar.
Cerutu dan rokok pipa justru menghasilkan tar yang lebih banyak. Tar merupakan kumpulan banyak sekali zat kimia yang berasal dari daun tembakau sendiri, maupun yang ditambahkan pada tembakau dalam proses pertanian dan industri sigaret serta materi pembuat rokok lainnya. Jeanne Mandagi, (1996 :152).
Oleh sebab itu, kadar tar yang terkandung dalam rokok inilah yang berafiliasi dengan resiko timbulnya kanker sebab tar memiliki imbas karsinogen.
Oleh sebab itu, kadar tar yang terkandung dalam rokok inilah yang berafiliasi dengan resiko timbulnya kanker sebab tar memiliki imbas karsinogen.
Dari banyak sekali sumber
Advertisement