Secara alamiah, kaum wanita lebih menyukai laki-laki bersuara berat alasannya hal itu mengingatkan mereka pada ciri khas kejantanan. Sayangnya, berdasarkan studi terbaru, laki-laki bersuara maskulin tersebut ternyata jumlah spermanya sedikit.
Hal itu diungkap para peneliti dari Australia yang menemukan bahwa laki-laki yang bernada bunyi rendah mengalami penurunan konsentrasi sperma dikala ejakulasi.
"Testosteron memang besar lengan berkuasa pada rendahnya nada bunyi pria. Namun, testosteron dalam kadar yang tinggi justru bisa menekan produksi sperma," kata Leigh Simmon, PhD, pakar biologi evolusi dari University of Western Australia.
Jumlah sperma memang merupakan salah satu faktor penting untuk mendukung keberhasilan pembuahan. Untuk mengetahui apakah sperma yang dimiliki memenuhi syarat, memang dibutuhkan analisis sperma dan cairan mani (semen) di laboratorium.
Dalam proses analisis ini ada beberapa hal yang akan dinilai oleh dokter, antara lain:
- Jumlah dan kekentalan semen
Cairan semen yang dihasilkan dari setiap ejakulasi antara 2-6 milimeter (1/2-1 sendok teh). Bila jumlahnya kurang dari itu, maka dikhawatirkan jumlah sel spermanya tidak cukup untuk mencapai sel telur. Akan tetapi, semen yang terlalu banyak juga bisa mengencerkan konsentrasi sperma. Idealnya, cairan mani harus cukup kental dan mengencer sekitar 10-15 menit pasca-ejakulasi. Cairan mani yang terlalu kental akan menciptakan sperma sulit berenang.
- Konsentrasi sperma
Disebut juga dengan densitas sperma, ini merupakan jumlah sperma sejuta per milimeter cairan mani. Sperma berjumlah 20 juta per mililiter dianggap sebagai normal.
- Pergerakan sperma
Yang diukur yaitu persentasi sperma yang bisa berenang dan juga mencapai tujuan. Satu jam sesudah ejakulasi, minimal 50 persen sel sperma harus bisa berenang maju dalam garis lurus.
- Morfologi
Ini merupakan analisis bentuk, ukuran, dan penampilan sel sperma. Setiap tes terhadap 200 sel sperma dihentikan ada satu pun yang cacat semoga bisa disebut normal.
Sumber http://kesehatan.blogspot.co.id/
Hal itu diungkap para peneliti dari Australia yang menemukan bahwa laki-laki yang bernada bunyi rendah mengalami penurunan konsentrasi sperma dikala ejakulasi.
"Testosteron memang besar lengan berkuasa pada rendahnya nada bunyi pria. Namun, testosteron dalam kadar yang tinggi justru bisa menekan produksi sperma," kata Leigh Simmon, PhD, pakar biologi evolusi dari University of Western Australia.
Jumlah sperma memang merupakan salah satu faktor penting untuk mendukung keberhasilan pembuahan. Untuk mengetahui apakah sperma yang dimiliki memenuhi syarat, memang dibutuhkan analisis sperma dan cairan mani (semen) di laboratorium.
Dalam proses analisis ini ada beberapa hal yang akan dinilai oleh dokter, antara lain:
- Jumlah dan kekentalan semen
Cairan semen yang dihasilkan dari setiap ejakulasi antara 2-6 milimeter (1/2-1 sendok teh). Bila jumlahnya kurang dari itu, maka dikhawatirkan jumlah sel spermanya tidak cukup untuk mencapai sel telur. Akan tetapi, semen yang terlalu banyak juga bisa mengencerkan konsentrasi sperma. Idealnya, cairan mani harus cukup kental dan mengencer sekitar 10-15 menit pasca-ejakulasi. Cairan mani yang terlalu kental akan menciptakan sperma sulit berenang.
- Konsentrasi sperma
Disebut juga dengan densitas sperma, ini merupakan jumlah sperma sejuta per milimeter cairan mani. Sperma berjumlah 20 juta per mililiter dianggap sebagai normal.
- Pergerakan sperma
Yang diukur yaitu persentasi sperma yang bisa berenang dan juga mencapai tujuan. Satu jam sesudah ejakulasi, minimal 50 persen sel sperma harus bisa berenang maju dalam garis lurus.
- Morfologi
Ini merupakan analisis bentuk, ukuran, dan penampilan sel sperma. Setiap tes terhadap 200 sel sperma dihentikan ada satu pun yang cacat semoga bisa disebut normal.
Advertisement