A. Pengertian Penyakit Lepra
Lepra yang juga dikenal dengan nama kusta atau penyakit Hansen yaitu penyakit yang menyerang kulit, sistem saraf perifer, selaput lendir pada kanal pernapasan atas, serta mata. Sistem saraf yang diserang sanggup mengakibatkan penderitanya mati rasa.
Lepra penyakit menular, menahun dan disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Penularan mungkin terjadi melalui kanal pernafasan atas dan kontak kulit pasien lebih dari 1 bulan terus-menerus.
Lepra disebabkan oleh homogen basil yang memerlukan waktu 6 bulan hingga 40 tahun untuk berkembang di dalam tubuh. Tanda dan tanda-tanda Lepra sanggup saja muncul sehabis basil menginfeksi tubuh penderita selama 2 hingga 10 tahun.
Lepra tidak hanya menyerang kulit tetapi juga jaringan saraf terutama pada lengan dan kaki. Penyakit Lepra telah ada semenjak zaman kuno, penyakit yang mempunyai nama lain penyakit lepra ini begitu angker dan mempunyai stigma negatif di kalangan masyarakat pada masa itu.
Wabah penyakit Lepra telah banyak menciptakan panik orang-orang di setiap benua. Peradaban tertua dari Cina, Mesir, dan India takut akan penyakit Lepra lantaran penyakit lepra ini sulit disembuhkan, mengakibatkan mutilasi atau hilangnya anggota tubuh yang terkena, dan sanggup menular. Maka tak heran bagi siapa saja yang menderita penyakit ini akan dijauhi atau bahkan diasingkan.
Namun, Lepra sebetulnya tidak menular dengan mudah. Seseorang sanggup tertular Lepra hanya jikalau kontak akrab dengan cairan hidung dan lisan dari seseorang yang mempunyai penyakit Lepra yang tidak diobati secara berulang-ulang. Anak-anak lebih rentan tertular daripada orang dewasa.
Istilah Lepra berasal dari bahasa sansekerta, yakni kushtha berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara umum. Penyakit ini diduga berasal dari Afrika atau Asia Tengah yang kemudian menyebar keseluruh dunia lewat perpindahan penduduk.
Penyakit ini masuk ke Indonesia diperkirakan pada periode ke IV-V yang diduga dibawa oleh orang-orang India yang tiba ke Indonesia untuk berbagi agamanya dan berdagang. Pada 1995, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan terdapat dua hingga tiga juta jiwa yang cacat permanen lantaran Lepra.
B. Gejala Penyakit Lepra
Munculnya bercak-bercak berwarna merah atau putih, terutama di wajah dan telinga. Bercak terasa baal, hilangnya sensasi nyeri dan suhu, terdapat tanda-tanda patognomonik pada saraf mirip kelemahan anggota gerak dan atau wajah, adanya deformitas, dan ulkus yang sulit sembuh.
Tanda-tanda penyakit kusta bermacam-macam, tergantung dari tingkat atau tipe dari penyakit tersebut. Secara umum, tanda-tanda itu yaitu :
1. Adanya bercak tipis mirip panu pada badan/tubuh manusia
2. Pada bercak putih ini pertamanya hanya sedikit, tetapi lama-lama semakin melebar dan banyak.
3. Adanya pelebaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris, medianus, aulicularis magnus seryta peroneus. Kelenjar keringat kurang kerja sehingga kulit menjadi tipis dan mengkilat.
4. Adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul) yarig tersebar pada kulit
5. Alis rambut rontok
6. Muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut facies leomina (muka singa)
Biasanya memerlukan waktu sekitar 3 hingga 5 tahun hingga tanda-tanda kusta muncul sehabis seseorang kontak dengan basil lepra. Walau demikian, ada juga beberapa orang yang tidak mengalami tanda-tanda apapun hingga 20 tahun kemudian.
Waktu antara kontak dengan basil hingga munculnya tanda-tanda disebut masa inkubasi. Masa inkubasi pada penyakit kusta begitu panjang sehingga menjadi sangat sulit bagi dokter untuk memilih kapan dan dari mana seseorang tertular basil lepra.
Walupun penyebabnya sama, namun penyakit kusta sanggup mengakibatkan tanda-tanda yang berbeda pada kulit, hal akan tergantung dari pertumbuhan basil itu sendiri dan jenis-jenis kusta akan mempengaruhi bagaimana kita mengobatinya.
1. Tuberkuloid. Jenis kusta yang paling ringan. Orang dengan tipe ini hanya mempunyai satu atau beberapa bercak datar berwarna pucat (kusta paucibacillary) disingkat PB. Daerah kulit yang terkena sanggup mati rasa lantaran kerusakan saraf di bawahnya. Kusta tuberkuloid kurang menular dari jenis-jenis lainnya.
2. Lepromatosa.Jenis kusta yang lebih parah. Orang dengan tipe ini akan memiliki benjolan luas di kulit dan ruam (kusta multibasiler) disingkat MB, mati rasa, dan kelemahan otot. Hidung, ginjal, dan organ reproduksi pria juga sanggup terpengaruh. Kusta lepromatosa lebih menular dari kusta tuberkuloid.
3. Borderline. Pada tipe ini, seseorang mempunyai tanda-tanda gabungan dari kusta jenis tuberkuloid dan jenis lepromatosa.
C. Penyebab Penyakit Lepra
Bakteri Mycobacterium leprae menjadi penyebab utama kusta. Bakteri ini tumbuh pesat pada belahan tubuh yang bersuhu lebih hirau taacuh mirip tangan, wajah, kaki dan lutut. Mycobacterium leprae termasuk jenis basil yang hanya sanggup tumbuh berkembang di dalam beberapa sel insan dan binatang tertentu. Cara penularan basil ini yaitu melalui cairan dari hidung yang biasanya menyebar ke udara ketika penderita batuk atau bersin.
Selain penyebab utamanya, ada juga faktor-faktor yang sanggup meningkatkan risiko seseorang untuk mengidap penyakit ini. Beberapa faktor risiko tersebut meliputi:
1. Melakukan kontak fisik dengan binatang penyebar basil kusta tanpa sarung tangan. Beberapa di antaranya yaitu armadilo dan kera afrika.
2. Melakukan kontak fisik secara rutin dengan penderita kusta.
3. Bertempat tinggal di tempat endemik kusta.
4. Menderita cacat genetik pada sistem kekebalan tubuh.
D. Cara Mengatasi Penyakit Lepra
1. Bunga Srigading
Bunga srigading segar, 1 genggam. Cuci higienis kuntum bunga srigading, kemudian seduh dengan air panas. Biarkan hingga mendidih. Minum ramuan layaknya meminum teh. Lakukan setiap hari.
2. Akar daun encok dan Susu
Akar daun encok, secukupnya. Susu, secukupnya.Setelah dicuci bersih, tumbuk akar daun encok hingga halus. Tambahkan susu dan air. Aduk-aduk hingga menjadi campuran hingga mirip pasta.Oleskan ramuan pada belahan tubuh yang sakit.
E. Pencegahan Penyakit Lepra
Hingga ketika ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta. Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh bentuknya, lebih besar kemungkinan menjadikan penularan dibandingkan dengan yang tidak utuh. Kaprikornus faktor pengobatan yaitu amat penting dimana kusta sanggup dihancurkan, sehingga penularan sanggup dicegah.
Sumber :
Advertisement