Definisi dan pengertian
Masa subur ialah suatu masa dalam siklus menstruasi wanita dimana terdapat sel telur yang matang yang siap dibuahi, sehingga bila wanita tersebut melaksanakan hubungan seksual maka dimungkinkan terjadi kehamilan.
Siklus menstruasi dipengaruhi oleh hormon seks wanita yaitu esterogen dan progesteron. Hormon-hormon ini mengakibatkan perubahan fisiologis pada badan wanita yang sanggup dilihat melalui beberapa indikator klinis seperti:
1. Perubahan suhu basal tubuh
2. Perubahan sekresi lendir leher rahim (serviks)
3. Perubahan pada serviks
4. Panjangnya siklus menstruasi (metode kalender)
5. Indikator minor kesuburan menyerupai nyeri perut dan perubahan payudara.
Melalui pengalaman, fase subur dan fase tidak subur dalam siklus menstruasi sanggup dinilai secara akurat dan pengetahuan ini sanggup dipakai untuk merencanakan kehamilan dan menghindari kehamilan.
Sebelum membahas lebih jauh indikator-indikator tersebut ada baiknya kita mengenal secara ringkas fisiologi sperma dan siklus menstruasi.
Fisiologi sperma
Beberapa fakta perihal sperma:
1. Sperma dihasilkan oleh testis secara terus menerus.
2. Pada ketika ejakulasi, sekitar 2 – 5 ml cairan semen dikeluarkan yang terdiri dari 100 juta sperma per ml.
3. Sperma akan hidup untuk 3 – 5 hari atau lebih usang dalam serviks wanita bila ada lendir serviks yang subur.
4. Penetrasi sperma akan dihalangi oleh lendir sperma yang tebal yang menutupi serviks selama masa tidak subur. Sperma yang tinggal di vagina akan dirusak dalam beberapa jam oleh keasaman cairan vagina.
5. Sperma sanggup pula ditemukan pada cairan yang dikeluarkan pria sebelum terjadi ejakulasi. Dengan alasan ini, coitus interuptus sanggup pula mengakibatkan terjadinya kehamilan bila dilakukan pada masa subur.
Dengan fakta di atas, maka disimpulkan bahwa seorang pria selalu dalam keadaan subur, sedangkan kesuburan wanita terjadi dalam suatu siklus.
Fisiologi siklus menstruasi
Panjang siklus bervariasi dari 23 hari atau kurang untuk siklus pendek dan lebih dari 35 hari untuk siklus yang panjang. Ada sejumlah wanita yang siklusnya teratur, sementara ada pula yang bervariasi hingga dengan 7 hari. Untuk lebih memudahkan pemahaman, pada goresan pena ini kita gunakan rata-rata siklus 28 hari.
Siklus menstruasi dibawah kontrol hormon seks. Untuk memudahkan, siklus ini dibagi dalam 2 fase yaitu fase sebelum ovulasi dan fase sesudah ovulasi.
Fase sebelum ovulasi – dikontrol oleh FSH dan esterogen.
Kelenjar pituitari pada dasar otak akan mengeluarkan FSH yang akan merangsang pematangan folikel di ovarium (indung telur). Pematangan folikel ini akan meningkatkan produksi esterogen.
Pada ketika kenaikan esterogen mendekati ovulasi, terjadi perubahan – perubahan sebagai berikut:
Endometrium (selaput lendir rahim) menebal.
Serviks menjadi panjang dan lunak serta terbuka.
Lendir serviks yang diproduksi oleh kelenjar-kelenjar pada serviks menjadi lendir yang erat dengan sperma.
Peningkatan garam, gula, dan asam amino untuk memperlihatkan makanan pada sperma.
Peningkatan cairan hingga dengan 10 kali peningkatan volume lendir.
Lendir yang subur terdiri dari 98 % air – transparan, berkilat, licin, lentur yang disebut imbas spinnbarkeit.
Struktur lendir yang subur bila dilihat dengan memakai nuclear magnetic resonance memperlihatkan jaringan yang jarang sehingga sanggup dilewati oleh sperma.
Suhu menetap pada tingkat yang rendah.
Ketika esterogen mencapai tingkat tertentu dalam darah, kelenjar pituitari distimulasi untuk menghasilkan LH yang meningkat cepat yang kemudian akan menjadikan ovulasi (pecahnya folikel yang matang dan mengeluarkan ovum ) dalam 36 jam kemudian.
Fase sesudah ovulasi – dikontrol oleh progesteron
Setelah ovulasi, LH mengakibatkan pecahnya folikel yang kemudian folikel tersebut akan bermetamorfosis korpus luteum, yang memproduksi progesteron.
Di bawah imbas progesteron terjadi perubahan-perubahan:
Endometrium melunak guna mempersiapkan diri untuk mendapatkan implantasi (penempelan) telur yang telah dibuahi
Serviks memendek, keras, dan tertutup.
Lendir serviks menjadi tidak erat untuk mencegah penetrasi sperma.
Setelah ovulasi terdapat perubahan status kesuburan – jaringan filamen-filamen menjadi lebih padat membentuk lendir yang tebal yang mencegah penetrasi sperma. Sperma secara cepat akan dirusak oleh cairan vagina yang bersifat asam
Suhu akan meningkat sekitar 0,2 ˚C atau lebih.
Korpus luteum akan bertahan sekitar 14 hari, kemudian akan kisut dan mati; progesteron akan turun; suhu turun; dan endometrium akan mengalami disintegrasi sehingga terjadilah menstruasi dan lengkaplah satu siklus.
Hari pertama menstruasi ialah hari pertama siklus. Hari-hari selanjutnya diberi nomer namun tidak termasuk hari pertama menstruasi berikutnya. Hari-hari sesudah menstruasi merupakan hari-hari yang relatif tidak subur. Fase subur terjadi di sekitar ovulasi. Adanya lendir serviks pertanda mulainya fase subur, lantaran sperma sanggup bertahan hidup dalam lendir tersebut untuk menunggu ovulasi. Setelah ovulasi, kesuburan ditentukan dengan lamanya ovum bertahan hidup dan adanya kemungkinan terjadinya ovulasi kedua dalam 24 jam. Masa tidak subur sesudah ovulasi ditentukan dengan kombinasi temperatur dan lendir kira-kira tiga hari sesudah ovulasi. Fase ini akan berakhir hingga dimulainya menstruasi berikutnya. Fase sesudah ovulasi ini paling efektif untuk menghindari kehamilan.
Variasi Panjang Siklus
Interval waktu antara ovulasi dengan waktu terjadinya menstruasi berikutnya biasanya tetap, yaitu sekitar 14 hari. Ketika lamanya siklus bervariasi, hal ini terjadi pada interval antara mulainya menstruasi dengan ketika ovulasi.
Pada siklus yang pendek, contohnya 21 hari, ovulasi terjadi sekitar pada hari ketujuh dan di sini tidak ada fase tidak subur sebelum ovulasi. Sedangkan pada siklus yang panjang, contohnya 35 hari, ovulasi tidak akan terjadi hingga dengan hari ke 21, sehingga mempunyai hari-hari tidak subur sebelum ovulasi yang panjang.
Mengamati Perubahan Fisiologis
Kita sanggup mengamati siklus mentruasi dengan mengamati perubahan fisiologis pada tubuh, dengan memakai kombinasi beberapa indikator kesuburan. Indikator-indikator ini secara ilmiah telah terbukti merefleksikan perubahan hormonal dan status kesuburan secara akurat.
Metode yang paling efektif ialah dengan memakai pendekatan banyak sekali indikator biasanya perubahan suhu yang dikombinasikan dengan perubahan lendir serviks.
Indikator pertama- perubahan suhu
Peningkatan suhu memperlihatkan adanya ovulasi. Peningkatan suhu yang menetap selama 3 hari mengindikasikan 48 jam sesudah ovulasi dan pertanda dimulaiya fase tidak subur sesudah ovulasi. Peningkatan suhu ini sekitar 0,2 ˚C atau lebih.
Pembacaan suhu tidak sanggup memilih dimulainya masa subur, sehingga tidak sanggup dipakai untuk memilih waktu yang sempurna melaksanakan hubungan seksual untuk mendapatkan kehamilan.
Cara untuk memakai indikator pertama ini adalah:
1. Suhu diukur segera sesudah bangun tidur sebelum berdiri dari daerah tidur dan melaksanakan kegiatan lainnya serta dilakukan lebih kurang pada waktu yang sama.
2. Waktu pengukuran yang bervariasi lebih dari 1 jam, harus dicatat.
3. Suhu diukur lewat mulut, vagina, atau anus.
a. Mulut. Ujung perak termometer diletakkan di bawah pengecap dengan bibir tertutup selama lebih kurang 5 menit.
b. Vagina. Termometer dimasukkan ke vagina secara perlahan. Waktu pencatatan lebih kurang 3 menit.
c. Anus. Dengan memakai jelly atau vaselin yang dioleskan di ujung termometer, termometer dimasukkan ke anus dengan perlahan, dengan posisi berbaring pada salah satu sisi dan lutut ditarik ke atas. Waktu pencatatan lebih kurang 3 menit.
4. Untuk akurasi, bila salah satu metode telah dipilih untuk digunakan, maka sebaiknya tidak diganti hingga dengan siklus berikutnya.
5. Grafik dibentuk dengan menggambarkan hasil pembacaan suhu dengan sebuah titik pada lokasi yang sesuai. Titik-titik ini kemudian dihubungkan untuk membentuk sebuah grafik. Jika terjadi kelupaan pengukuran, titik-titik tersebut dihentikan disambung.
a. Termometer manual – kalau air raksa berhenti di antara dua angka, angka yang terendah yang dicatat.
b. Termometer digital – hanya mencatat satu angka desimal
6. Termometer sebaiknya dibersihkan dengan kapas dan air dingin.
7. Grafik gres dimulai pada hari pertama menstruasi. Jika menstruasi mulai pada siang hari, hasil pengukuran pada pagi harinya dipindahkan pada grafik yang baru.
8. Segala sesuatu yang tidak biasa menyerupai demam, tidur larut, kondisi sedang stress sebaiknya dicatat.
9. Sebaiknya mempunyai dua buah termometer, untuk mengantisipasi bila termometernya pecah.
Interpretasi grafik suhu
Siklus dengan ovulasi ditandai dengan adanya grafik bifasik. Suhu akan berada pada tingkat yang rendah hingga dengan terjadinya ovulasi ketika peningkatan terjadi sekitar 0,2 ˚C atau lebih. Peningkatan ini biasanya terjadi secara tiba-tiba antara satu hari dengan hari berikutnya. Selanjutnya suhu akan menetap pada tingkat yang lebih tinggi hingga sebelum atau pada awal menstruasi selanjutnya.
Menentukan fase tidak subur sesudah ovulasi
Jika kehamilan dihindari, hubungan seksual tidak dilakukan segera sesudah perubahan suhu dicatat. Sel telur sanggup dibuahi hingga dengan 12 jam sesudah ovulasi dan kelonggaran harus dibentuk untuk kemungkinan ovulasi yang kedua dalam 24 jam sesudah ovulasi yang pertama.
Untuk mengidentifikasi suhu yang relevan, sanggup dipakai hukum 3 di atas 6 (the rule of 3 over 6). Pada hukum ini, sebuah garis horisontal ditarik di atas suhu tertinggi pada suhu-suhu yang rendah. Enam hasil pengukuran suhu akan berada pada atau di bawah garis horisontal ini. Garis vertikal kemudian ditarik antara dua hari ketika suhu berganti dari tingkat yang rendah ke tingkat yang tinggi. Kemudian dibentuk garis horisontal lagi pada suhu-suhu yang tinggi. Tiga hasil pengukuran suhu pada atau di atas garis, mengisyaratkan grafik tersebut sesuai dengan hukum 3 di atas 6.
Segera sesudah tiga suhu pada level yang tinggi dicatat, maka hingga dengan selesai siklus, kondisi ini merupakan kondisi tidak subur.
Penggunaan garis horisontal untuk membantu menghindari kesalahan interpretasi ketika 6 suhu pada level yang rendah meragukan. Hal ini sanggup terjadi contohnya pada menyusui, sesudah memakai pil kontrasepsi atau pada waktu premenopause.
Dengan pengalaman dalam mencatat suhu ini, sanggup dikenali bentuk garis horisontal dan range normal untuk fase suhu yang rendah dan fase pada suhu yang tinggi. Pengalaman ini sanggup membantu menginterpretasikan grafik yang lebih sulit.
Variasi kenaikan dan perubahan suhu
Peningkatan suhu yang tiba-tiba merupakan bentuk yang paling sering ditemui, dengan suhu yang memperlihatkan peningkatan tajam antara satu hari dengan hari berikutnya.
Peningkatan suhu yang lambat yaitu suhu meningkat dengan lambat hingga beberapa hari.
Peningkatan suhu anak tangga yaitu peningkatan suhu yang bila digambarkan pada grafik akan membentuk beberapa anak tangga.
Peningkatan suhu gigi gergaji yaiu peningkatan suhu yang bila digmbarkan di grafik akan menggambarkan serangkaian suhu puncak dan lembah. Meskipun sangat jarang, bentuk ini lebih sulit diinterpretasikan.
Dengan menggambar garis horisontal pada suhu-suhu rendah, sanggup mengidentifikasi permulaan peningkatan suhu. Fase tidak subur sesudah ovulasi dimulai sesudah suhu kelima telah dicatat.
Variasi hari terjadinya perubahan suhu
Panjang siklus akan bervariasi tetapi perubahan suhu terjadi 12 – 16 hari sebelum menstruasi berikutnya sehingga pada siklus yang pendek, peubahan suhu terjadi lebih awal, sedang pada siklus yang panjang terjadi kemudian. Panjang fase subur sebelum ovulasi akan bervariasi tetapi fase tidak subur sesudah ovulasi cenderung tetap.
Peningkatan suhu
Peningkatan suhu terjadi bila pencatatan suhu 0,2 ˚C atau lebih di atas suhu-suhu beberapa hari sebelumnya. Peningkatan suhu ini sanggup disebabkan lantaran minum alkohol, tidur terlalu larut, bangun terlalu siang, sakit atau stres Kadang-kadang tidak didapatkan penyebab yang positif peningkatan suhu ini.
Ketika menginterpretasikan sebuah grafik, sering dibantu untuk melingkari kenaikan tajam, sehingga kelainan peningkatan tajam ini gampang dikenali.
Setiap terjadi kenaikan suhu yang tajam, akan lebih baik bila ada klarifikasi perihal kenaikan suhu tersebut. Bila hanya satu kenaikan suhu yang tajam pada 6 suhu pada tingkat yang rendah, suhu tersebut sanggup diabaikan. Bila lebih dari satu, sebaiknya dinantikan beberapa hari hingga posisinya menjadi normal kembali. Demikian juga bila terjadi gangguan yang mensugesti 3 suhu pada tingkat yang lebih tinggi, sebaiknya dinantikan suhu yang keempat untuk meyakinkan adanya infertilitas
Fase sesudah ovulasi yang pendek
Jika fase ini kurang dari 9 hari, siklus akan merupakan siklus yang tidak subur lantaran tidak waktu yang cukup untuk implantasi. Namun hal ini hanya sanggup diketahui secara restropekif.
Fase yang pendek ini sanggup terjadi pada ketika stres, menyusui atau premenopause
Siklus anovulasi
Siklus anovulasi, siklus yang terjadi tanpa ada ovulasi, ditandai dengan sebuah grafik monofasik yaitu suhu tetap pada satu tingkat pada seluruh siklus. Siklus ini lebih sering terjadi pada premenopause, sesudah melahirkan dan sesudah memakai pil kontrasepsi.
Indikator Kedua – Perubahan Lendir Serviks
Perubahan lendir serviks sanggup diamati melalui vulva (alat kelamin luar) dan dicatat setiap hari. Perubahan lendir sanggup juga diamati pada serviks dimana lendir tersebut akan muncul sehari sebelum muncul di vulva. Perubahan ini mungkin dikaburkan dengan adanya cairan sperma, spermisida atau bisul vagina.
Lendir serviks ini sanggup dikenali dengan rasa/sensasi, penampakan, dan tes dengan jari tangan.
Sensasi
Sensasi sangat penting dan sering merupakan hal tersulit untuk dipelajari. Ada atau tidaknya lendir dikenali dengan sensasi pada vulva. Sensasi mungkin merupakan rasa yang terperinci perihal kering, lembab, lengket, basah, licin, atau lubrikasi
Penampakan
Kertas tisu putih dan lembut diusapkan pada vulva. Tisu akan berair dan bila ada lendir serviks, lendir akan terlihat menggumpal pada tisu. Warna lendir dicatat, mungkin berwarna putih, krem, buram, atau transparan. Lendir sering terlihat pula pada celana dalam, dalam kondisi kering sehingga karakteristiknya telah berubah
Tes Jari
Tes ini sanggup dilakukan pada lendir yang terdapat di atas tisu dengan cara mengambil lendir tersebut dengan ujung jari telunjuk dan ibu jari. Dengan perlahan, jari telunjuk ditarik, untuk melihat elastisitas lendir. Lendir mungkin elastis, atau gampang pecah, atau lembut, licin menyerupai putih telur yang mentah. Elastisitas ini dikenal dengan nama imbas Spin dan memperlihatkan bahwa lendir subur.
Sensasi pada vulva
Tes dengan jari
Penampakan
Lembab atau
lengket
Lendir awal
sedikit
tebal
putih
lengket
cenderung berbentuk tetap
Basah
Lendir pada masa transisi
jumlahnya meningkat
lebih tipis
berawan
sedikit elastis
Licin
Lendir dengan kesuburan tinggi
jumlah banyak
tipis
transparan
elastis
(seperti putih telur yang mentah)
Perubahan lendir serviks selama siklus mentruasi
Fase tidak subur sebelum ovulasi
Setelah menstruasi, dalam beberapa hari vulva dalam kondisi kering. Fase ini mungkin tidak ada bila siklusnya pendek dan akan panjang bila siklusnya panjang. Sensasi kering di vulva dan biasanya tidak ditemukan lendir.
Fase subur
Ketika esterogen meningkat, lendir serviks sanggup dirasakan pada vulva. Pada mulanya akan memperlihatkan sensasi lembab dan akan terdapat sejumlah kecil lendir yang berwarna putih atau krem. Pada tes dengan jari, lendir cenderung mempertahankan bentuk dan gampang pecah.
Pada fase transisi, jumlah lendir meningkat dan lendir dengan warna menyerupai awan sanggup dilihat. Elastisitas rendah dan menjadikan sensasi basah.
Pada ketika mendekati ovulasi, lendir makin banyak dan mungkin jumlahnya sanggup 10 kali lipat. Ini memperlihatkan sensasi licin pada vulva. Penampakan menyerupai putih telur yang mentah, tipis, berair, dan transparan. Pada tes dengan jari, lendir yang sangat subur ini sanggup ditarik hingga beberapa cm sebelum pecah.
Lendir yang subur menjaga kehidupan sperma, memberinya makan dan membiarkannya melalui serviks. Pada lendir ini, sperma sanggup hidup hingga dengan 3 hari, bahkan pada kasus yang jarang sanggup hidup hingga dengan 5 hari atau lebih.
Hari puncak
Hari puncak memperlihatkan hari terakhir dimana lendir yang elastis, transparan terlihat atau dirasakan.
Fase tidak subur sesudah ovulasi
Selama fase sesudah ovulasi, sesudah hari puncak, sensasi licin menghilang dan secara tiba-tiba kembali ke kering lagi. Gejala subyektif ini merefleksikan adanya progesteron, yang menebalkan lendir sehingga menyumbat serviks dan menghalangi masuknya sperma.
Pada investigasi lendir serviks ini ada beberapa yang harus diingat:
- Jumlah dan kualitas lendir bervariasi pada seorang wanita dengan wanita lain dan pada satu siklus dengan siklus yang lain.
- Setiap perubahan sensasi dan bahkan pada sejumlah kecil lendir harus diperhatikan.
- Jika menemukan kesulitan dalam mendeteksi lendir dari luar, kadang kala lebih gampang dikenali sesudah berolahraga atau sesudah buang air besar.
- Kegel (gerakan mengerutkan otot panggul cuilan bawah menyerupai menahan kencing) juga kadang membantu pengeluaran lendir.
Mencatat perubahan lendir serviks
Mencatat lendir pada grafik suhu dan gejala
Lendir mesti diperhatikan selama seharian dan grafik diberi tanda setiap malam.
Setiap hari ketika darah sedang keluar, termasuk bercak, diberi tanda M (menstruasi).
Ketika mencicipi sensasi kering pada vulva dan lendir tidak terlihat, diberi tanda K (kering).
Setiap hari ketika terlihat lendir yang putih atau krem diberi tanda L (lendir).
Setiap hari ketika terlihat lendir yang transparan, licin, diberi tanda S (subur).
Mendeskripsikan dengan kata-kata sendiri
Sensasi : lembab, lengket, basah, licin
Penampakan pada tisu: putih, krem, berawan, atau transparan.
Pada lendir yang subur kadang kala terlihat bercak darah.
Tes dengan jari: lengket, membenang, atau elastis.
Hari Puncak
Hari ini ditandai dengan memberi tanda silang pada abjad S yang terakhir. Hari ini sanggup diketahui secara restropektif. Pada hari selanjutnya akan terjadi perubahan lendir menjadi lebih tebal, putih dan lengket atau menjadi kering lagi.
Tanda-tanda tambahan
Tanda-tanda yang merupakan indikator minor ini juga dicatat.
Hubungan seksual
Karena cairan semen akan mensugesti konsistensi lendir, dicatat dalam grafik dengan melingkari nomornya.
Gambar berikut merupakan rujukan pencatatan perubahan lendir serviks.
Indikator ketiga – perubahan pada serviks
Pengamatan pada serviks akan memperlihatkan komplemen informasi dan sangat mempunyai kegunaan bagi yang mempunyai siklus panjang, selama menyusui atau pada masa sebelum menopause. Perubahan pertama pada serviks sering terjadi satu atau dua hari sebelum perubahan pada lendir serviks dan sanggup memperlihatkan tanda awal sebelum masa subur. Pada umumnya memerlukan waktu dua atau tiga siklus biar sanggup secara akurat mengenali perubahan panjang, posisi, konsistens, dan terbukanya serviks.
Perubahan pada serviks sebagai berikut:
- selama fase tidak subur sebelum ovulasi, serviks terletak rendah dalam vagina dan gampang dicapai oleh ujung jari.
o Serviks panjang, miring, dan melekat pada dinding vaina.
o Terasa kaku, menyerupai ujung hidung.
o Mulut serviks tertutup, memperlihatkan sensasi menyerupai lesung pipi ketika disentuh, dan terasa kering
- Selama masa subur, serviks naik ke atas dalam vagina.
o Serviks memendek, lurus, dan terletak di tengah vagina.
o Sulit disentuh. Jika teraba terasa lembu menyerupai meraba bibir bawah.
o Mulut serviks terbuka, sehingga sanggup masuk ujung jari.
o Terasa berair dan terdapat lendir.
- Fase tidak subur sesudah ovulasi, serviks akan kembali ke kondisi tidak subur dalam waktu 24– 48 jam
Memeriksa Serviks Sendiri
Perubahan serviks sanggup dirasakan oleh ujung jari. Sentuhan yang lembut diharapkan untuk mengenali perubahan serviks dari hari ke hari.
Serviks sebaiknya diperiksa setiap hari pada waktu yang sama, contohnya sembari mandi pagi. Sebelum memeriksa, kandung kemih harus kosong (buang air kecil terlebih dahulu). Setiap kali investigasi sebaiknya memakai posisi yang sama, baik berdiri dengan satu kaki dinaikkan (misal pada ditumpukan pada sisi kolam mandi) atau jongkok. Tangan dicuci higienis dengan memakai sabun dan dikeringkan (kuku tangan harus pendek). Jika memungkinkan memakai sarung tangan yang telah disucihamakan. Jari telunjuk asisten secara perlahan dimasukkan dalam vagina hingga teraba serviks.
Pada perabaan serviks terasa bola licin yang berlekuk, sedangkan vagina akan teraba lembut, lembab, dan berlekuk-lekuk.
Jika serviks sulit dicapai, rahim sanggup didorong ke bawah dengan menekan perut cuilan bawah sedikit tulang pubis dengan tangan kiri.
Dengan pengalaman, investigasi hanya memakan waktu beberapa detik.
Untuk sebagian perempuan, kadang kala lebih gampang memakai dua jari (jari telunjuk dan jari tengah) atau meminta pasangannya untuk memeriksa. Hal ini masing dimungkinkan, selama sepanjang siklus investigasi dilakukan oleh orang yang sama dan dengan cara yang sama.
Berikut rujukan pencatatan perubahan serviks pada grafik.
Indikator Keempat – Metode Kalender
Panjang siklus sebaiknya diukur dari hari pertama menstruasi hingga dengan menstruasi berikutnya, tetapi tidak termasuk hari pertamanya. Adanya bercak sebelum periode sebaiknya dimasukkan pada siklus sebelumnya. Hal ini akan membantu untuk memilih panjang fase sebelum dan sesudah ovulasi dengan lebih tepat.
Metode kalender ini menurut pengetahuan bahwa ovulasi terjadi 12-16 hari sebelum menstruasi berikutnya tanpa memandang panjangnya siklus. Sebaiknya perhitungan dibentuk dengan mengambil siklus terpendek dan terpanjang dalam satu tahun, minimal 6 bulan.
Dengan menganggap bahwa sperma sanggup hidup di kelamin wanita selama hari dan masa hidup sel telur 2 hari, maka diperoleh rumus sebagai berikut:
Siklus terpendek – 20 = hari terakhir masa tidak subur sebelum ovulasi
Siklus terpanjang – 10 = hari terakhir masa subur
Contoh, panjang siklus selama 6 bulan terakhir ialah 28, 29, 28, 27, 30, dan 28. Maka hari terakhir masa tidak subur sebelum ovulasi ialah hari ke 7 (27-20), dan hari terakhir masa subur ialah hari ke 20 (30-10).
Untuk mencegah kehamilan, pasangan dengan perhitungan di atas, disarankan untuk menghindari hubungan seksual pada hari ke 8 hingga dengan ke 20.
Metode kalender ini menghasilkan waktu yang panjang untuk menghindari hubungan seksual yang bahu-membahu tidak perlu. Hal ini mengingat bahwa kini telah diketahui bahwa sel telur dapa dibuahi hanya daam beberapa jam sesudah ovulasi dan masa hidup sperma di kelamin wanita bervariasi dan mungkin lebih dari 3 hari.
Meskipun metode ini tidak cukup sanggup diandalkan untuk direkomendasikan sebagai indikator tunggal, namun pencatatan panjang siklus dan variasinya cukup penting.
Indikator Kelima – Indikator Minor Kesuburan
- Sakit lantaran ovulasi (Mittelschmerz pain) – rasa sakit yang tajam atau tumpul pada salah sisi perut cuilan bawah selama beberapa jam.
- Gejala-gejala pada payudara – rasa kencang dan menggeleyar pada payudara dialami pada sekitar ovulasi.
Tanda-tanda ini tidak begitu kuat, tetapi mempunyai kegunaan untuk meyakinkan hasil pengamatan.
Merencanakan Kehamilan
Dengan mengetahui masa subur, ini akan bermanfaat bagi pasangan yang bermasalah dalam mendapatkan keturunan, yaitu dengan cara:
menilai insiden dan waktu terjadinya ovulasi
memprediksikan hari-hari subur yang maksimum
mengoptimalkan waktu untuk melaksanakan hubungan seksual untuk mendapatkan kehamilan
membantu mengindentifikasi sebagian persoalan infertilitas
Penelitian memperlihatkan bahwa kesempatan untuk mendapatkan kehamilan terbatas pada 5 hari sebelum dan sehari sesudah peningkatan suhu. Hari yang paling subur ditemukan 2 hari sebelum perubahan suhu yang mendekati hari puncak lendir.
Pada pasangan yang normal, kehamilan mungkin terjadi pada setiap waktu pada masa subur tetapi hubunan seksual paling mungkin akan menghasilkan kehamilan pada hari-hari di mana terdapat lendir serviks dengan kesuburan tinggi, terdapat sensasi berair atau licin pada vulva, dengan lendir serviks yang transparan dan elastis. Jumlah lendir subur yang paling banyak terjadi satu atau dua hari sebelum hari puncak dan merupakan waktu dengan tingkat kesuburan yang tinggi. Hari puncak hari terakhir ketika lendir yang subur ada sering bersamaan dengan waktu ovulasi. Pergeseran suhu menyakinkan bahwa ovulasi sedang terjadi. Pada waktu tingkat kesuburan maksimum, serviks tinggi, pendek, lurus, lembek, dan terbuka dan mengalirkan lendir yang subur.
Bila dalam 6 bulan sesudah melaksanakan hubungn seksual secara eratur dalam masa subur namun tidak terjadi kehamilan, sebaiknya menemui dokter untuk investigasi lebih lanjut.
Suhu
Grafik suhu merupakan alat bantu penting untuk mendapatkan kehamilan bila dipakai dengan benar. Grafik ini tidak sanggup memprediksikan kapan terjadinya ovulasi, namun merupakan alat yang sanggup mendapatkan amanah untuk mengkonfirmasikan adanya ovulasi.
grafik bifasik memperlihatkan adanya ovulasi
fase tidak subur sesudah ovulasi kurang dari 9 hari mengindikasikan tidak terjadi kehamilan
grafik monofasik memperlihatkan tidak adanya ovulasi
peningkatan suhu yang kedua sesudah peningkatan pertama sesudah ovulasi atau peningkatan suhu lebih dari 20 hari mengindikasikan adanya kehamilan.
Lendir Serviks
Pengamatan lendir serviks merupakan alat yang paling akurat untuk memilih waktu yang sempurna melaksanakan hubungan seksual guna mengoptimalkan kesempatan memperoleh kehamilan. Metode ini penting untuk wanita yang mempuunyai siklus tidak teratur.
Mencegah kehamilan
Pendekatan dengan kombinasi banyak sekali indikator, umumnya kombinasi suhu dan lendir merupakan metode yang sangat efektif, bahkan bila dilakukan dengan benar sanggup mencegah kehamilan hingga 98%.
Berikut petunjuk untuk mencegah kehamilan:
1. Fase tidak subur sebelum ovulasi
Fase ini sanggup dikenali dengan tanda-tanda pada lendir, tanda-tanda serviks, perhitungan kalender atau hukum Doering
a. Gejala pada lendir
Setelah menstruasi, hari-hari kering tanpa lendir merupakan fase tidak subur. Pada hari telah dikenali adanya lendir, pertanda bahwa fase ini telah berakhir.
b. Tanda-tanda pada serviks
Pada hari-hari dimana terdapat serviks yang rendah, panjang, kaku, tertutup, dan miring pertanda fase tidak subur. Pada hari pertama terjadi perubahan posisi dan tekstur pertanda adanya berakhirnya fase ini.
c. Perhitungan kalender
Siklus yang terpendek dikurangi 20 merupakan hari terakhir masa tidak subur. Fase tidak subur sebelum ovulasi dimulai dari hari pertama siklus hingga hari terakhir masa tidak subur hasil perhitungan di atas.
d. Aturan Doering
Hari pertama terjadi perubahan suhu dikurang 7 merupakan hari pertama fase subur. Fase tidak subur sebelum ovulasi dimulai dari hari pertama siklus hingga dengan hari pertama fase subur.
Aturan Doering dan perhitungan kalender ini sebaiknya menurut informasi paling tidak 6 siklus.
2. Fase tidak subur sesudah ovulasi
Fase tidak subur sesudah ovulasi ini dikenali melalui suhu, ledir dan tanda-tanda pada serviks.
a. Suhu
Fase ini dimulai sesudah tiga suhu pada tingkat yang tinggi tercatat, dengan memenuhi syarat sebagai berikut:
o ketiga suhu yang tinggi tersebut merupakan suhu tanpa gangguan.
o Paling tidak salah satu minimal 0,2 ˚C atau lebih di atas garis horisontal
o Minimum terdapat 6 suhu di bawah garis horisontal.
b. Gejala pada lendir
Pada hari keempat sesudah hari puncak.
c. Tanda-tanda pada serviks
Pada hari ketiga seteah serviks kembali pada kondisi tidak subur.
d. Metode Gejala dan suhu
Fase ini mulai sesudah tiga suhu yang tinggi tercatat, dan suhu tersebut sesudah hari puncak yang ditunjukkan dengan tanda-tanda pada lendir.
Efektivitas fase tidak subur sebelum ovulasi
Hubungan seksual pada fase ini masih mempunyai resiko kehamilan meski tidak besar. Fase ini tergantung pada tingkat kesuburan sperma, lantaran bila sperma hidup pada lendir yang subur, masa hidup sperma akan memanjang.
Ovulasi sanggup pula terjadi lebih awal daripada perkiraan. Pada wanita dengan siklus yang pendek antara 21– 24 hari atau dengan mentruasi yang lama, lendir sanggup timbul segera sesudah menstruasi atau bahkan sebelum menstruasi selesai. Pada kasus menyerupai ini, hubungan seksual sanggup mengakibatkan kehamilan.
Efektivitas fase tidak subur sesudah ovulasi
Perlu ditekankan bahwa fase tidak subur sesudah ovulasi merupakan waktu paling kondusif untuk melaksanakan hubungan seksual bila ingin mencegah kehamilan. Jika ketika ovulasi telah ditentukan, tidak ada resiko lebih lanjut untuk timbulnya kesuburan dalam siklus ini.
Sumber http://kesehatan.blogspot.co.id/
Masa subur ialah suatu masa dalam siklus menstruasi wanita dimana terdapat sel telur yang matang yang siap dibuahi, sehingga bila wanita tersebut melaksanakan hubungan seksual maka dimungkinkan terjadi kehamilan.
Siklus menstruasi dipengaruhi oleh hormon seks wanita yaitu esterogen dan progesteron. Hormon-hormon ini mengakibatkan perubahan fisiologis pada badan wanita yang sanggup dilihat melalui beberapa indikator klinis seperti:
1. Perubahan suhu basal tubuh
2. Perubahan sekresi lendir leher rahim (serviks)
3. Perubahan pada serviks
4. Panjangnya siklus menstruasi (metode kalender)
5. Indikator minor kesuburan menyerupai nyeri perut dan perubahan payudara.
Melalui pengalaman, fase subur dan fase tidak subur dalam siklus menstruasi sanggup dinilai secara akurat dan pengetahuan ini sanggup dipakai untuk merencanakan kehamilan dan menghindari kehamilan.
Sebelum membahas lebih jauh indikator-indikator tersebut ada baiknya kita mengenal secara ringkas fisiologi sperma dan siklus menstruasi.
Fisiologi sperma
Beberapa fakta perihal sperma:
1. Sperma dihasilkan oleh testis secara terus menerus.
2. Pada ketika ejakulasi, sekitar 2 – 5 ml cairan semen dikeluarkan yang terdiri dari 100 juta sperma per ml.
3. Sperma akan hidup untuk 3 – 5 hari atau lebih usang dalam serviks wanita bila ada lendir serviks yang subur.
4. Penetrasi sperma akan dihalangi oleh lendir sperma yang tebal yang menutupi serviks selama masa tidak subur. Sperma yang tinggal di vagina akan dirusak dalam beberapa jam oleh keasaman cairan vagina.
5. Sperma sanggup pula ditemukan pada cairan yang dikeluarkan pria sebelum terjadi ejakulasi. Dengan alasan ini, coitus interuptus sanggup pula mengakibatkan terjadinya kehamilan bila dilakukan pada masa subur.
Dengan fakta di atas, maka disimpulkan bahwa seorang pria selalu dalam keadaan subur, sedangkan kesuburan wanita terjadi dalam suatu siklus.
Fisiologi siklus menstruasi
Panjang siklus bervariasi dari 23 hari atau kurang untuk siklus pendek dan lebih dari 35 hari untuk siklus yang panjang. Ada sejumlah wanita yang siklusnya teratur, sementara ada pula yang bervariasi hingga dengan 7 hari. Untuk lebih memudahkan pemahaman, pada goresan pena ini kita gunakan rata-rata siklus 28 hari.
Siklus menstruasi dibawah kontrol hormon seks. Untuk memudahkan, siklus ini dibagi dalam 2 fase yaitu fase sebelum ovulasi dan fase sesudah ovulasi.
Fase sebelum ovulasi – dikontrol oleh FSH dan esterogen.
Kelenjar pituitari pada dasar otak akan mengeluarkan FSH yang akan merangsang pematangan folikel di ovarium (indung telur). Pematangan folikel ini akan meningkatkan produksi esterogen.
Pada ketika kenaikan esterogen mendekati ovulasi, terjadi perubahan – perubahan sebagai berikut:
Endometrium (selaput lendir rahim) menebal.
Serviks menjadi panjang dan lunak serta terbuka.
Lendir serviks yang diproduksi oleh kelenjar-kelenjar pada serviks menjadi lendir yang erat dengan sperma.
Peningkatan garam, gula, dan asam amino untuk memperlihatkan makanan pada sperma.
Peningkatan cairan hingga dengan 10 kali peningkatan volume lendir.
Lendir yang subur terdiri dari 98 % air – transparan, berkilat, licin, lentur yang disebut imbas spinnbarkeit.
Struktur lendir yang subur bila dilihat dengan memakai nuclear magnetic resonance memperlihatkan jaringan yang jarang sehingga sanggup dilewati oleh sperma.
Suhu menetap pada tingkat yang rendah.
Ketika esterogen mencapai tingkat tertentu dalam darah, kelenjar pituitari distimulasi untuk menghasilkan LH yang meningkat cepat yang kemudian akan menjadikan ovulasi (pecahnya folikel yang matang dan mengeluarkan ovum ) dalam 36 jam kemudian.
Fase sesudah ovulasi – dikontrol oleh progesteron
Setelah ovulasi, LH mengakibatkan pecahnya folikel yang kemudian folikel tersebut akan bermetamorfosis korpus luteum, yang memproduksi progesteron.
Di bawah imbas progesteron terjadi perubahan-perubahan:
Endometrium melunak guna mempersiapkan diri untuk mendapatkan implantasi (penempelan) telur yang telah dibuahi
Serviks memendek, keras, dan tertutup.
Lendir serviks menjadi tidak erat untuk mencegah penetrasi sperma.
Setelah ovulasi terdapat perubahan status kesuburan – jaringan filamen-filamen menjadi lebih padat membentuk lendir yang tebal yang mencegah penetrasi sperma. Sperma secara cepat akan dirusak oleh cairan vagina yang bersifat asam
Suhu akan meningkat sekitar 0,2 ˚C atau lebih.
Korpus luteum akan bertahan sekitar 14 hari, kemudian akan kisut dan mati; progesteron akan turun; suhu turun; dan endometrium akan mengalami disintegrasi sehingga terjadilah menstruasi dan lengkaplah satu siklus.
Hari pertama menstruasi ialah hari pertama siklus. Hari-hari selanjutnya diberi nomer namun tidak termasuk hari pertama menstruasi berikutnya. Hari-hari sesudah menstruasi merupakan hari-hari yang relatif tidak subur. Fase subur terjadi di sekitar ovulasi. Adanya lendir serviks pertanda mulainya fase subur, lantaran sperma sanggup bertahan hidup dalam lendir tersebut untuk menunggu ovulasi. Setelah ovulasi, kesuburan ditentukan dengan lamanya ovum bertahan hidup dan adanya kemungkinan terjadinya ovulasi kedua dalam 24 jam. Masa tidak subur sesudah ovulasi ditentukan dengan kombinasi temperatur dan lendir kira-kira tiga hari sesudah ovulasi. Fase ini akan berakhir hingga dimulainya menstruasi berikutnya. Fase sesudah ovulasi ini paling efektif untuk menghindari kehamilan.
Variasi Panjang Siklus
Interval waktu antara ovulasi dengan waktu terjadinya menstruasi berikutnya biasanya tetap, yaitu sekitar 14 hari. Ketika lamanya siklus bervariasi, hal ini terjadi pada interval antara mulainya menstruasi dengan ketika ovulasi.
Pada siklus yang pendek, contohnya 21 hari, ovulasi terjadi sekitar pada hari ketujuh dan di sini tidak ada fase tidak subur sebelum ovulasi. Sedangkan pada siklus yang panjang, contohnya 35 hari, ovulasi tidak akan terjadi hingga dengan hari ke 21, sehingga mempunyai hari-hari tidak subur sebelum ovulasi yang panjang.
Mengamati Perubahan Fisiologis
Kita sanggup mengamati siklus mentruasi dengan mengamati perubahan fisiologis pada tubuh, dengan memakai kombinasi beberapa indikator kesuburan. Indikator-indikator ini secara ilmiah telah terbukti merefleksikan perubahan hormonal dan status kesuburan secara akurat.
Metode yang paling efektif ialah dengan memakai pendekatan banyak sekali indikator biasanya perubahan suhu yang dikombinasikan dengan perubahan lendir serviks.
Indikator pertama- perubahan suhu
Peningkatan suhu memperlihatkan adanya ovulasi. Peningkatan suhu yang menetap selama 3 hari mengindikasikan 48 jam sesudah ovulasi dan pertanda dimulaiya fase tidak subur sesudah ovulasi. Peningkatan suhu ini sekitar 0,2 ˚C atau lebih.
Pembacaan suhu tidak sanggup memilih dimulainya masa subur, sehingga tidak sanggup dipakai untuk memilih waktu yang sempurna melaksanakan hubungan seksual untuk mendapatkan kehamilan.
Cara untuk memakai indikator pertama ini adalah:
1. Suhu diukur segera sesudah bangun tidur sebelum berdiri dari daerah tidur dan melaksanakan kegiatan lainnya serta dilakukan lebih kurang pada waktu yang sama.
2. Waktu pengukuran yang bervariasi lebih dari 1 jam, harus dicatat.
3. Suhu diukur lewat mulut, vagina, atau anus.
a. Mulut. Ujung perak termometer diletakkan di bawah pengecap dengan bibir tertutup selama lebih kurang 5 menit.
b. Vagina. Termometer dimasukkan ke vagina secara perlahan. Waktu pencatatan lebih kurang 3 menit.
c. Anus. Dengan memakai jelly atau vaselin yang dioleskan di ujung termometer, termometer dimasukkan ke anus dengan perlahan, dengan posisi berbaring pada salah satu sisi dan lutut ditarik ke atas. Waktu pencatatan lebih kurang 3 menit.
4. Untuk akurasi, bila salah satu metode telah dipilih untuk digunakan, maka sebaiknya tidak diganti hingga dengan siklus berikutnya.
5. Grafik dibentuk dengan menggambarkan hasil pembacaan suhu dengan sebuah titik pada lokasi yang sesuai. Titik-titik ini kemudian dihubungkan untuk membentuk sebuah grafik. Jika terjadi kelupaan pengukuran, titik-titik tersebut dihentikan disambung.
a. Termometer manual – kalau air raksa berhenti di antara dua angka, angka yang terendah yang dicatat.
b. Termometer digital – hanya mencatat satu angka desimal
6. Termometer sebaiknya dibersihkan dengan kapas dan air dingin.
7. Grafik gres dimulai pada hari pertama menstruasi. Jika menstruasi mulai pada siang hari, hasil pengukuran pada pagi harinya dipindahkan pada grafik yang baru.
8. Segala sesuatu yang tidak biasa menyerupai demam, tidur larut, kondisi sedang stress sebaiknya dicatat.
9. Sebaiknya mempunyai dua buah termometer, untuk mengantisipasi bila termometernya pecah.
Interpretasi grafik suhu
Siklus dengan ovulasi ditandai dengan adanya grafik bifasik. Suhu akan berada pada tingkat yang rendah hingga dengan terjadinya ovulasi ketika peningkatan terjadi sekitar 0,2 ˚C atau lebih. Peningkatan ini biasanya terjadi secara tiba-tiba antara satu hari dengan hari berikutnya. Selanjutnya suhu akan menetap pada tingkat yang lebih tinggi hingga sebelum atau pada awal menstruasi selanjutnya.
Menentukan fase tidak subur sesudah ovulasi
Jika kehamilan dihindari, hubungan seksual tidak dilakukan segera sesudah perubahan suhu dicatat. Sel telur sanggup dibuahi hingga dengan 12 jam sesudah ovulasi dan kelonggaran harus dibentuk untuk kemungkinan ovulasi yang kedua dalam 24 jam sesudah ovulasi yang pertama.
Untuk mengidentifikasi suhu yang relevan, sanggup dipakai hukum 3 di atas 6 (the rule of 3 over 6). Pada hukum ini, sebuah garis horisontal ditarik di atas suhu tertinggi pada suhu-suhu yang rendah. Enam hasil pengukuran suhu akan berada pada atau di bawah garis horisontal ini. Garis vertikal kemudian ditarik antara dua hari ketika suhu berganti dari tingkat yang rendah ke tingkat yang tinggi. Kemudian dibentuk garis horisontal lagi pada suhu-suhu yang tinggi. Tiga hasil pengukuran suhu pada atau di atas garis, mengisyaratkan grafik tersebut sesuai dengan hukum 3 di atas 6.
Segera sesudah tiga suhu pada level yang tinggi dicatat, maka hingga dengan selesai siklus, kondisi ini merupakan kondisi tidak subur.
Penggunaan garis horisontal untuk membantu menghindari kesalahan interpretasi ketika 6 suhu pada level yang rendah meragukan. Hal ini sanggup terjadi contohnya pada menyusui, sesudah memakai pil kontrasepsi atau pada waktu premenopause.
Dengan pengalaman dalam mencatat suhu ini, sanggup dikenali bentuk garis horisontal dan range normal untuk fase suhu yang rendah dan fase pada suhu yang tinggi. Pengalaman ini sanggup membantu menginterpretasikan grafik yang lebih sulit.
Variasi kenaikan dan perubahan suhu
Peningkatan suhu yang tiba-tiba merupakan bentuk yang paling sering ditemui, dengan suhu yang memperlihatkan peningkatan tajam antara satu hari dengan hari berikutnya.
Peningkatan suhu yang lambat yaitu suhu meningkat dengan lambat hingga beberapa hari.
Peningkatan suhu anak tangga yaitu peningkatan suhu yang bila digambarkan pada grafik akan membentuk beberapa anak tangga.
Peningkatan suhu gigi gergaji yaiu peningkatan suhu yang bila digmbarkan di grafik akan menggambarkan serangkaian suhu puncak dan lembah. Meskipun sangat jarang, bentuk ini lebih sulit diinterpretasikan.
Dengan menggambar garis horisontal pada suhu-suhu rendah, sanggup mengidentifikasi permulaan peningkatan suhu. Fase tidak subur sesudah ovulasi dimulai sesudah suhu kelima telah dicatat.
Variasi hari terjadinya perubahan suhu
Panjang siklus akan bervariasi tetapi perubahan suhu terjadi 12 – 16 hari sebelum menstruasi berikutnya sehingga pada siklus yang pendek, peubahan suhu terjadi lebih awal, sedang pada siklus yang panjang terjadi kemudian. Panjang fase subur sebelum ovulasi akan bervariasi tetapi fase tidak subur sesudah ovulasi cenderung tetap.
Peningkatan suhu
Peningkatan suhu terjadi bila pencatatan suhu 0,2 ˚C atau lebih di atas suhu-suhu beberapa hari sebelumnya. Peningkatan suhu ini sanggup disebabkan lantaran minum alkohol, tidur terlalu larut, bangun terlalu siang, sakit atau stres Kadang-kadang tidak didapatkan penyebab yang positif peningkatan suhu ini.
Ketika menginterpretasikan sebuah grafik, sering dibantu untuk melingkari kenaikan tajam, sehingga kelainan peningkatan tajam ini gampang dikenali.
Setiap terjadi kenaikan suhu yang tajam, akan lebih baik bila ada klarifikasi perihal kenaikan suhu tersebut. Bila hanya satu kenaikan suhu yang tajam pada 6 suhu pada tingkat yang rendah, suhu tersebut sanggup diabaikan. Bila lebih dari satu, sebaiknya dinantikan beberapa hari hingga posisinya menjadi normal kembali. Demikian juga bila terjadi gangguan yang mensugesti 3 suhu pada tingkat yang lebih tinggi, sebaiknya dinantikan suhu yang keempat untuk meyakinkan adanya infertilitas
Fase sesudah ovulasi yang pendek
Jika fase ini kurang dari 9 hari, siklus akan merupakan siklus yang tidak subur lantaran tidak waktu yang cukup untuk implantasi. Namun hal ini hanya sanggup diketahui secara restropekif.
Fase yang pendek ini sanggup terjadi pada ketika stres, menyusui atau premenopause
Siklus anovulasi
Siklus anovulasi, siklus yang terjadi tanpa ada ovulasi, ditandai dengan sebuah grafik monofasik yaitu suhu tetap pada satu tingkat pada seluruh siklus. Siklus ini lebih sering terjadi pada premenopause, sesudah melahirkan dan sesudah memakai pil kontrasepsi.
Indikator Kedua – Perubahan Lendir Serviks
Perubahan lendir serviks sanggup diamati melalui vulva (alat kelamin luar) dan dicatat setiap hari. Perubahan lendir sanggup juga diamati pada serviks dimana lendir tersebut akan muncul sehari sebelum muncul di vulva. Perubahan ini mungkin dikaburkan dengan adanya cairan sperma, spermisida atau bisul vagina.
Lendir serviks ini sanggup dikenali dengan rasa/sensasi, penampakan, dan tes dengan jari tangan.
Sensasi
Sensasi sangat penting dan sering merupakan hal tersulit untuk dipelajari. Ada atau tidaknya lendir dikenali dengan sensasi pada vulva. Sensasi mungkin merupakan rasa yang terperinci perihal kering, lembab, lengket, basah, licin, atau lubrikasi
Penampakan
Kertas tisu putih dan lembut diusapkan pada vulva. Tisu akan berair dan bila ada lendir serviks, lendir akan terlihat menggumpal pada tisu. Warna lendir dicatat, mungkin berwarna putih, krem, buram, atau transparan. Lendir sering terlihat pula pada celana dalam, dalam kondisi kering sehingga karakteristiknya telah berubah
Tes Jari
Tes ini sanggup dilakukan pada lendir yang terdapat di atas tisu dengan cara mengambil lendir tersebut dengan ujung jari telunjuk dan ibu jari. Dengan perlahan, jari telunjuk ditarik, untuk melihat elastisitas lendir. Lendir mungkin elastis, atau gampang pecah, atau lembut, licin menyerupai putih telur yang mentah. Elastisitas ini dikenal dengan nama imbas Spin dan memperlihatkan bahwa lendir subur.
Sensasi pada vulva
Tes dengan jari
Penampakan
Lembab atau
lengket
Lendir awal
sedikit
tebal
putih
lengket
cenderung berbentuk tetap
Basah
Lendir pada masa transisi
jumlahnya meningkat
lebih tipis
berawan
sedikit elastis
Licin
Lendir dengan kesuburan tinggi
jumlah banyak
tipis
transparan
elastis
(seperti putih telur yang mentah)
Perubahan lendir serviks selama siklus mentruasi
Fase tidak subur sebelum ovulasi
Setelah menstruasi, dalam beberapa hari vulva dalam kondisi kering. Fase ini mungkin tidak ada bila siklusnya pendek dan akan panjang bila siklusnya panjang. Sensasi kering di vulva dan biasanya tidak ditemukan lendir.
Fase subur
Ketika esterogen meningkat, lendir serviks sanggup dirasakan pada vulva. Pada mulanya akan memperlihatkan sensasi lembab dan akan terdapat sejumlah kecil lendir yang berwarna putih atau krem. Pada tes dengan jari, lendir cenderung mempertahankan bentuk dan gampang pecah.
Pada fase transisi, jumlah lendir meningkat dan lendir dengan warna menyerupai awan sanggup dilihat. Elastisitas rendah dan menjadikan sensasi basah.
Pada ketika mendekati ovulasi, lendir makin banyak dan mungkin jumlahnya sanggup 10 kali lipat. Ini memperlihatkan sensasi licin pada vulva. Penampakan menyerupai putih telur yang mentah, tipis, berair, dan transparan. Pada tes dengan jari, lendir yang sangat subur ini sanggup ditarik hingga beberapa cm sebelum pecah.
Lendir yang subur menjaga kehidupan sperma, memberinya makan dan membiarkannya melalui serviks. Pada lendir ini, sperma sanggup hidup hingga dengan 3 hari, bahkan pada kasus yang jarang sanggup hidup hingga dengan 5 hari atau lebih.
Hari puncak
Hari puncak memperlihatkan hari terakhir dimana lendir yang elastis, transparan terlihat atau dirasakan.
Fase tidak subur sesudah ovulasi
Selama fase sesudah ovulasi, sesudah hari puncak, sensasi licin menghilang dan secara tiba-tiba kembali ke kering lagi. Gejala subyektif ini merefleksikan adanya progesteron, yang menebalkan lendir sehingga menyumbat serviks dan menghalangi masuknya sperma.
Pada investigasi lendir serviks ini ada beberapa yang harus diingat:
- Jumlah dan kualitas lendir bervariasi pada seorang wanita dengan wanita lain dan pada satu siklus dengan siklus yang lain.
- Setiap perubahan sensasi dan bahkan pada sejumlah kecil lendir harus diperhatikan.
- Jika menemukan kesulitan dalam mendeteksi lendir dari luar, kadang kala lebih gampang dikenali sesudah berolahraga atau sesudah buang air besar.
- Kegel (gerakan mengerutkan otot panggul cuilan bawah menyerupai menahan kencing) juga kadang membantu pengeluaran lendir.
Mencatat perubahan lendir serviks
Mencatat lendir pada grafik suhu dan gejala
Lendir mesti diperhatikan selama seharian dan grafik diberi tanda setiap malam.
Setiap hari ketika darah sedang keluar, termasuk bercak, diberi tanda M (menstruasi).
Ketika mencicipi sensasi kering pada vulva dan lendir tidak terlihat, diberi tanda K (kering).
Setiap hari ketika terlihat lendir yang putih atau krem diberi tanda L (lendir).
Setiap hari ketika terlihat lendir yang transparan, licin, diberi tanda S (subur).
Mendeskripsikan dengan kata-kata sendiri
Sensasi : lembab, lengket, basah, licin
Penampakan pada tisu: putih, krem, berawan, atau transparan.
Pada lendir yang subur kadang kala terlihat bercak darah.
Tes dengan jari: lengket, membenang, atau elastis.
Hari Puncak
Hari ini ditandai dengan memberi tanda silang pada abjad S yang terakhir. Hari ini sanggup diketahui secara restropektif. Pada hari selanjutnya akan terjadi perubahan lendir menjadi lebih tebal, putih dan lengket atau menjadi kering lagi.
Tanda-tanda tambahan
Tanda-tanda yang merupakan indikator minor ini juga dicatat.
Hubungan seksual
Karena cairan semen akan mensugesti konsistensi lendir, dicatat dalam grafik dengan melingkari nomornya.
Gambar berikut merupakan rujukan pencatatan perubahan lendir serviks.
Indikator ketiga – perubahan pada serviks
Pengamatan pada serviks akan memperlihatkan komplemen informasi dan sangat mempunyai kegunaan bagi yang mempunyai siklus panjang, selama menyusui atau pada masa sebelum menopause. Perubahan pertama pada serviks sering terjadi satu atau dua hari sebelum perubahan pada lendir serviks dan sanggup memperlihatkan tanda awal sebelum masa subur. Pada umumnya memerlukan waktu dua atau tiga siklus biar sanggup secara akurat mengenali perubahan panjang, posisi, konsistens, dan terbukanya serviks.
Perubahan pada serviks sebagai berikut:
- selama fase tidak subur sebelum ovulasi, serviks terletak rendah dalam vagina dan gampang dicapai oleh ujung jari.
o Serviks panjang, miring, dan melekat pada dinding vaina.
o Terasa kaku, menyerupai ujung hidung.
o Mulut serviks tertutup, memperlihatkan sensasi menyerupai lesung pipi ketika disentuh, dan terasa kering
- Selama masa subur, serviks naik ke atas dalam vagina.
o Serviks memendek, lurus, dan terletak di tengah vagina.
o Sulit disentuh. Jika teraba terasa lembu menyerupai meraba bibir bawah.
o Mulut serviks terbuka, sehingga sanggup masuk ujung jari.
o Terasa berair dan terdapat lendir.
- Fase tidak subur sesudah ovulasi, serviks akan kembali ke kondisi tidak subur dalam waktu 24– 48 jam
Memeriksa Serviks Sendiri
Perubahan serviks sanggup dirasakan oleh ujung jari. Sentuhan yang lembut diharapkan untuk mengenali perubahan serviks dari hari ke hari.
Serviks sebaiknya diperiksa setiap hari pada waktu yang sama, contohnya sembari mandi pagi. Sebelum memeriksa, kandung kemih harus kosong (buang air kecil terlebih dahulu). Setiap kali investigasi sebaiknya memakai posisi yang sama, baik berdiri dengan satu kaki dinaikkan (misal pada ditumpukan pada sisi kolam mandi) atau jongkok. Tangan dicuci higienis dengan memakai sabun dan dikeringkan (kuku tangan harus pendek). Jika memungkinkan memakai sarung tangan yang telah disucihamakan. Jari telunjuk asisten secara perlahan dimasukkan dalam vagina hingga teraba serviks.
Pada perabaan serviks terasa bola licin yang berlekuk, sedangkan vagina akan teraba lembut, lembab, dan berlekuk-lekuk.
Jika serviks sulit dicapai, rahim sanggup didorong ke bawah dengan menekan perut cuilan bawah sedikit tulang pubis dengan tangan kiri.
Dengan pengalaman, investigasi hanya memakan waktu beberapa detik.
Untuk sebagian perempuan, kadang kala lebih gampang memakai dua jari (jari telunjuk dan jari tengah) atau meminta pasangannya untuk memeriksa. Hal ini masing dimungkinkan, selama sepanjang siklus investigasi dilakukan oleh orang yang sama dan dengan cara yang sama.
Berikut rujukan pencatatan perubahan serviks pada grafik.
Indikator Keempat – Metode Kalender
Panjang siklus sebaiknya diukur dari hari pertama menstruasi hingga dengan menstruasi berikutnya, tetapi tidak termasuk hari pertamanya. Adanya bercak sebelum periode sebaiknya dimasukkan pada siklus sebelumnya. Hal ini akan membantu untuk memilih panjang fase sebelum dan sesudah ovulasi dengan lebih tepat.
Metode kalender ini menurut pengetahuan bahwa ovulasi terjadi 12-16 hari sebelum menstruasi berikutnya tanpa memandang panjangnya siklus. Sebaiknya perhitungan dibentuk dengan mengambil siklus terpendek dan terpanjang dalam satu tahun, minimal 6 bulan.
Dengan menganggap bahwa sperma sanggup hidup di kelamin wanita selama hari dan masa hidup sel telur 2 hari, maka diperoleh rumus sebagai berikut:
Siklus terpendek – 20 = hari terakhir masa tidak subur sebelum ovulasi
Siklus terpanjang – 10 = hari terakhir masa subur
Contoh, panjang siklus selama 6 bulan terakhir ialah 28, 29, 28, 27, 30, dan 28. Maka hari terakhir masa tidak subur sebelum ovulasi ialah hari ke 7 (27-20), dan hari terakhir masa subur ialah hari ke 20 (30-10).
Untuk mencegah kehamilan, pasangan dengan perhitungan di atas, disarankan untuk menghindari hubungan seksual pada hari ke 8 hingga dengan ke 20.
Metode kalender ini menghasilkan waktu yang panjang untuk menghindari hubungan seksual yang bahu-membahu tidak perlu. Hal ini mengingat bahwa kini telah diketahui bahwa sel telur dapa dibuahi hanya daam beberapa jam sesudah ovulasi dan masa hidup sperma di kelamin wanita bervariasi dan mungkin lebih dari 3 hari.
Meskipun metode ini tidak cukup sanggup diandalkan untuk direkomendasikan sebagai indikator tunggal, namun pencatatan panjang siklus dan variasinya cukup penting.
Indikator Kelima – Indikator Minor Kesuburan
- Sakit lantaran ovulasi (Mittelschmerz pain) – rasa sakit yang tajam atau tumpul pada salah sisi perut cuilan bawah selama beberapa jam.
- Gejala-gejala pada payudara – rasa kencang dan menggeleyar pada payudara dialami pada sekitar ovulasi.
Tanda-tanda ini tidak begitu kuat, tetapi mempunyai kegunaan untuk meyakinkan hasil pengamatan.
Merencanakan Kehamilan
Dengan mengetahui masa subur, ini akan bermanfaat bagi pasangan yang bermasalah dalam mendapatkan keturunan, yaitu dengan cara:
menilai insiden dan waktu terjadinya ovulasi
memprediksikan hari-hari subur yang maksimum
mengoptimalkan waktu untuk melaksanakan hubungan seksual untuk mendapatkan kehamilan
membantu mengindentifikasi sebagian persoalan infertilitas
Penelitian memperlihatkan bahwa kesempatan untuk mendapatkan kehamilan terbatas pada 5 hari sebelum dan sehari sesudah peningkatan suhu. Hari yang paling subur ditemukan 2 hari sebelum perubahan suhu yang mendekati hari puncak lendir.
Pada pasangan yang normal, kehamilan mungkin terjadi pada setiap waktu pada masa subur tetapi hubunan seksual paling mungkin akan menghasilkan kehamilan pada hari-hari di mana terdapat lendir serviks dengan kesuburan tinggi, terdapat sensasi berair atau licin pada vulva, dengan lendir serviks yang transparan dan elastis. Jumlah lendir subur yang paling banyak terjadi satu atau dua hari sebelum hari puncak dan merupakan waktu dengan tingkat kesuburan yang tinggi. Hari puncak hari terakhir ketika lendir yang subur ada sering bersamaan dengan waktu ovulasi. Pergeseran suhu menyakinkan bahwa ovulasi sedang terjadi. Pada waktu tingkat kesuburan maksimum, serviks tinggi, pendek, lurus, lembek, dan terbuka dan mengalirkan lendir yang subur.
Bila dalam 6 bulan sesudah melaksanakan hubungn seksual secara eratur dalam masa subur namun tidak terjadi kehamilan, sebaiknya menemui dokter untuk investigasi lebih lanjut.
Suhu
Grafik suhu merupakan alat bantu penting untuk mendapatkan kehamilan bila dipakai dengan benar. Grafik ini tidak sanggup memprediksikan kapan terjadinya ovulasi, namun merupakan alat yang sanggup mendapatkan amanah untuk mengkonfirmasikan adanya ovulasi.
grafik bifasik memperlihatkan adanya ovulasi
fase tidak subur sesudah ovulasi kurang dari 9 hari mengindikasikan tidak terjadi kehamilan
grafik monofasik memperlihatkan tidak adanya ovulasi
peningkatan suhu yang kedua sesudah peningkatan pertama sesudah ovulasi atau peningkatan suhu lebih dari 20 hari mengindikasikan adanya kehamilan.
Lendir Serviks
Pengamatan lendir serviks merupakan alat yang paling akurat untuk memilih waktu yang sempurna melaksanakan hubungan seksual guna mengoptimalkan kesempatan memperoleh kehamilan. Metode ini penting untuk wanita yang mempuunyai siklus tidak teratur.
Mencegah kehamilan
Pendekatan dengan kombinasi banyak sekali indikator, umumnya kombinasi suhu dan lendir merupakan metode yang sangat efektif, bahkan bila dilakukan dengan benar sanggup mencegah kehamilan hingga 98%.
Berikut petunjuk untuk mencegah kehamilan:
1. Fase tidak subur sebelum ovulasi
Fase ini sanggup dikenali dengan tanda-tanda pada lendir, tanda-tanda serviks, perhitungan kalender atau hukum Doering
a. Gejala pada lendir
Setelah menstruasi, hari-hari kering tanpa lendir merupakan fase tidak subur. Pada hari telah dikenali adanya lendir, pertanda bahwa fase ini telah berakhir.
b. Tanda-tanda pada serviks
Pada hari-hari dimana terdapat serviks yang rendah, panjang, kaku, tertutup, dan miring pertanda fase tidak subur. Pada hari pertama terjadi perubahan posisi dan tekstur pertanda adanya berakhirnya fase ini.
c. Perhitungan kalender
Siklus yang terpendek dikurangi 20 merupakan hari terakhir masa tidak subur. Fase tidak subur sebelum ovulasi dimulai dari hari pertama siklus hingga hari terakhir masa tidak subur hasil perhitungan di atas.
d. Aturan Doering
Hari pertama terjadi perubahan suhu dikurang 7 merupakan hari pertama fase subur. Fase tidak subur sebelum ovulasi dimulai dari hari pertama siklus hingga dengan hari pertama fase subur.
Aturan Doering dan perhitungan kalender ini sebaiknya menurut informasi paling tidak 6 siklus.
2. Fase tidak subur sesudah ovulasi
Fase tidak subur sesudah ovulasi ini dikenali melalui suhu, ledir dan tanda-tanda pada serviks.
a. Suhu
Fase ini dimulai sesudah tiga suhu pada tingkat yang tinggi tercatat, dengan memenuhi syarat sebagai berikut:
o ketiga suhu yang tinggi tersebut merupakan suhu tanpa gangguan.
o Paling tidak salah satu minimal 0,2 ˚C atau lebih di atas garis horisontal
o Minimum terdapat 6 suhu di bawah garis horisontal.
b. Gejala pada lendir
Pada hari keempat sesudah hari puncak.
c. Tanda-tanda pada serviks
Pada hari ketiga seteah serviks kembali pada kondisi tidak subur.
d. Metode Gejala dan suhu
Fase ini mulai sesudah tiga suhu yang tinggi tercatat, dan suhu tersebut sesudah hari puncak yang ditunjukkan dengan tanda-tanda pada lendir.
Efektivitas fase tidak subur sebelum ovulasi
Hubungan seksual pada fase ini masih mempunyai resiko kehamilan meski tidak besar. Fase ini tergantung pada tingkat kesuburan sperma, lantaran bila sperma hidup pada lendir yang subur, masa hidup sperma akan memanjang.
Ovulasi sanggup pula terjadi lebih awal daripada perkiraan. Pada wanita dengan siklus yang pendek antara 21– 24 hari atau dengan mentruasi yang lama, lendir sanggup timbul segera sesudah menstruasi atau bahkan sebelum menstruasi selesai. Pada kasus menyerupai ini, hubungan seksual sanggup mengakibatkan kehamilan.
Efektivitas fase tidak subur sesudah ovulasi
Perlu ditekankan bahwa fase tidak subur sesudah ovulasi merupakan waktu paling kondusif untuk melaksanakan hubungan seksual bila ingin mencegah kehamilan. Jika ketika ovulasi telah ditentukan, tidak ada resiko lebih lanjut untuk timbulnya kesuburan dalam siklus ini.
Advertisement